Puskesmas Bisa Bantu Tekan Kematian Akibat Kanker Payudara

1 week ago 10
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Kanker payudara menjadi penyakit yang paling banyak diderita oleh perempuan Indonesia. Angkanya mencapai 66 ribu kasus baru pada 2022, menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 

Ketua Kerja Kanker Kemenkes RI, Endang Lukitosari mengatakan, permasalah ini datang dari beberapa sisi. Hal pertama, karena penyakit ini kerap terdeteksi setelah stadium lanjut yang disebabkan oleh fakta cakupan skrining kanker payudara yang masih rendah. 

Selain itu, masih banyak puskesmas yang belum menetapkan prosedur deteksi dini kanker payudara, yang membuat kondisi ini semakin serius. 

"Artinya, kalau semua puskesmas, semua layanan tingkat pertama melakukan deteksi dini, barangkali menemukan stage awal lebih cepat sehingga tata laksananya bisa lebih cepat, sehingga kematian bisa ditekan," ujar Endang. 

Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi menambahkan bahwa tingkat kematian akibat kanker payudara bisa ditekan dengan melakukan deteksi dini

"Angka payudara sebenarnya kalau ditemukan dari stadium dini itu bisa angka survival-nya itu mencapai lebih dari 90 persen," katanya.

Upaya Pembenahan Fasilitas Kesehatan

Lebih lanjut, Endang mengatakan, tingginya angka kanker payudara di Indonesia disebabkan oleh faktor lainnya, meliputi penanganan yang terlambat, cakupan skrining yang masih rendah, tidak semua puskesmas menerapkan program deteksi dini, hingga layanan paliatif yang masih rendah.

Layanan paliatif merupakan perawatan medis khusus untuk meningkatkan kualitas hidup pasien atau keluarga pasien untuk mengurangi gejala fisik maupun psikologis. 

“70 persen kasus kanker datangnya sudah stadium lanjut dan juga waktu tunggu yang panjang sejak didiagnosis sampai mendapatkan terapi definitif ini perlu waktu yang lama yang kemudian menyebabkan tata laksana tertunda,” jelasnya. 

Selain itu, Endang mengungkapkan bahwa akses layanan kesehatan di Indonesia belum merata belum merata. Menurutnya, upaya telah dilakukan untuk mendorong pembenahan di tingkat puskesmas, agar setiap puskesmas memiliki bisa melakukan skrining untuk kanker payudara.

“Kita melihat kebutuhan bahwa setiap provinsi itu harus minimal memiliki satu rumah sakit tingkat paripurna, kemudian setiap kabupaten/kota minimal harus ada satu rumah sakit tingkat Madya,” ujarnya. 

Fakta: Tingkat Keselamatan Pasien Kanker Payudara Masih Tertinggal dari Negara Lain

Kemenkes RI juga mencatat, angka bertahan hidup pasien kanker payudara di Indonesia (kesintasan) dalam lima tahun terakhir masih rendah dan tertinggal dari negara Asia lainnya. 

“Di Indonesia angka kesintasan 5 tahun ini masih berkisar pada 56 persenan dibandingkan dengan negara maju yang sudah 90 persen. Bahkan India sudah 66 persen tapi kita masih menang karena Afrika Selatan baru 40 persen,” ungkap Endang. 

Selain itu, Endang juga mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat akan skrining dini kanker payudaran sebagai salah satu penyebabnya.

Meskipun tren skrining disebut telah menunjukkan peningkatan, tetap hanya sebagian kecil perempuan di Indonesia yang melakukan skrining kanker payudara. 

“Angkanya masih kurang dari 30 persen wanita melakukan skrining. Artinya sebenarnya backlog kita 70 persen paling tidak semua wanita di Indonesia pernah melakukan skrining terhadap kanker payudara ini,” ujarnya. 

Tantangan Penanganan Kanker

Risiko kematian akibat kanker bisa ditekan semaksimal mungkin bila penyakit ini diketahui lebih awal. Sayangnya, banyak masyarakat yang masih menunda untuk mendapatkan penanganan yang tepat setelah terdiagnosis. Menurut Nadia, masyarakat cenderung mendahulukan pengobatan alternatif. 

“Tantangan daripada masyarakat Indonesia adalah biasanya kalau sudah mendengar bahwa dia divonis kanker itu cenderung mencari-cari dulu alternatif-alternatif atau pendapat-pendapat. Sementara penyakitnya berprogres ters dan akhirnya dia dari yang awalnya stadium 1 mungkin bisa nanti di ujung-ujungan stadium 3,” ujarnya. 

Selain itu, Nadia juga turut menyoroti adanya perubahan tren kanker payudara, yang mana sebelumnya usia penderita payudara berada pada kisaran 40-an kini tren usia semakin muda. 

“CISC (Cancer Information and Support Center) itu menemukan sekarang sudah banyak pasien kanker payudara usia 18 tahun. Jadi bergeser ke usia muda ya kan,” ujarnya, 

Lebih lanjut, Nadia menjelaskan bahwa pergeseran tren tersebut bisa disebabkan karena perubahan perilaku maupun faktor lingkungan. 

“Kenyataannya kanker payudara itu bukan hanya di usia 40 tahun ke atas, tapi juga bergerak ke usia 18, 25, 23,” ungkap Nadia. 

Foto Pilihan

Seorang tenaga kesehatan mengukur lingkar kepala bayi selama program imunisasi massal di Surabaya pada 15 September 2025. (Juni KRISWANTO/AFP)
Read Entire Article