Liputan6.com, Jakarta Kasus rabun jauh atau mata minus pada anak-anak kini semakin sering ditemui. Disebut-sebut karena paparan gawai. Benarkah?
Mata minus atau miopia terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh tepat pada retina, melainkan di depannya. Akibatnya, benda yang jauh terlihat buram seperti disampaikan dokter spesialis mata Artha Latief.
Pada anak, kondisi ini sering dipicu oleh kebiasaan terlalu lama menatap layar, kurangnya aktivitas di luar ruangan, atau faktor keturunan.
Artha menyarankan kepada orangtua untuk mengajak anak memeriksakan kondisi mata secara rutin. Selaint itu, orangtua juga perlu membantu anak menjaga kesehatan mata diantaranya:
- Batasi waktu layar dan penggunaan gawai. Terapkan aturan screen time untuk mengurangi paparan layar dan gawai.
- Ajarkan bermain di luar ruangan. Aktivitas outdoor telah terbukti sebagai salah satu cara untuk menghambat laju pertumbuhan mata minus.
- Ciptakan pencahayaan yang baik. Pastikan saat membaca atau belajar, pencahayaan cukup agar mata tidak cepat lelah.
- Nyalakan mode malam hari atau mode filter sinar biru. Sudah menjadi fitur pelengkap pada komputer, gawai, dan telepon genggam di bagian pengaturan, gunakan pada saat malam hari terutama mendekati jam tidur.
- Hindari tidur dengan lampu kamar menyala: Pada beberapa penelitian terbukti berperan terhadap laju pertambahan mata minus anak.
Orangtua Kerap Tidak Menyadari Anak Mata Minus
Kadang, orangtua kerap tidak menyadari bahwa buah hati mereka mengalami mata minus atau rabun jauh.
“Mata minus pada anak sering kali tidak disadari orangtua. Padahal, bila tidak segera diperiksa, mata minus bisa bertambah dan tidak disadari," kata Artha yang praktik di Bethsaida Hospital Gading Serpong
Ia mengingatkan orangtua untuk lebih peduli dan jeli bila anak memiliki ciri-ciri seperti berikut. Bisa jadi itu merupakan tanda si Kecil mengalami mata minus. Diantaranya:
- Anak sering menyipitkan mata saat melihat jauh.
- Anak sering tampak mengedip-ngedipkan mata terutama sewaktu menggunakan gadget dan atau sedang menonton televisi.
- Sering duduk terlalu dekat dengan layar atau papan tulis.
- Mengeluh sakit kepala atau mata cepat lelah.
- Kesulitan melihat jelas dari jarak jauh.
Penanganan Rabun Jauh atau Mata Minus
Setelah jalani pemeriksaan, bila dokter menegakkan diagnosis anak mengalami rabun jauh maka salah satu penangangan dengan kacamata. Namun, tak cuma itu.
“Penanganan yang diberikan dokter mata tidak hanya sebatas kacamata. Ada berbagai metode lain, seperti lensa khusus atau terapi tertentu, yang dapat membantu mengendalikan progresivitas minus pada anak,” tambah Artha.
Lalu, ada juga terapi obat tetes midriatika Atropine. Artha mengatakan hal ini digunakan untuk mengendalikan laju pertambahan minus pada kasus tertentu.