Liputan6.com, Jakarta Setop normalisasi mendengkur atau ngorok pada saat tidur. Itulah imbauan dokter THT kepada masyarakat yang masih menganggap kebiasaan mendengkur adalah indikator kualitas tidur yang baik.
"Mendengkur bukan kualitas tidur yang baik. Sebaliknya, itu pertanda tidur kita tidak nyenyak atau ada gangguan, itu pertanda ada penyakit tertentu," ujar dr Abdillah Hasbi, Sp.THT-BKL dari Mandaya Royal Puri, pada saat seminar bahaya mendengkur pada, Senin (6/10/2025).
Kebiasaan mendengkur saat tidur bisa diakibatkan karena adanya gangguan pada jalan napas. Bisa saja dari lidah, pita suara, atau sempitnya jalan napas di bagian hidung. Bisa juga karena adanya gangguan pada jantung kemudian akan mengakibatkan sleep apnea.
Untuk memastikannya, seseorang harus segera memeriksakan diri ke dokter THT di rumah sakit terdekat. Dokter akan mengambil beberapa langkah untuk menegakan diagnosa dan pengobatan lanjutan.
"Melakukan nasoendoskopi, yakni memasukan kamera melalui lubang hidung, terus masuk ke dalam rongga antara hidung dan mulut. Ini dilakukan pada saat pasien tertidur, yakni dengan memberikan dosis obat yang pas jadi seolah-olah dia tertidur seperti biasa," ujar Abdillah.
Lalu, kamera tersebut bisa melihat adanya gangguan apa yang menyebabkan getaran suara mendengkur. Biasanya bisa terlihat karena adanya gangguan pada pita suara, bisa juga karena lidah, dan gangguan lainnya yang terjadi pada saat pasien tertidur.
Sebabkan Saluran Napas Tertutup
Dalam kesempatan seminar yang sama, dokter spesialis saraf ahli gangguan tidur, Dinda Larastika Riyanto juga mengungkapkan, mendengkur merupakan salah satu tanda tertutupnya jalan napas manusia.
Makanya, jika orang yang sedang mendengkur terkadang terbangun batuk karena jalan napas tertutup total sehingga otak memerintahkan tubuh untuk bangun dan kembali bernapas.
"Saluran pernapasan tertutup menyebabkan tekanan darah tinggi, harus ada mekanisme tertentu agar bisa bangun kembali, switchnya ini yang penting apakah fungsi batang otaknya baik, jantungnya baik? Kalau tidak, maka bisa saja otaknya tidak memerintahkan tubuhnya bernapas kembali, hingga menyebabkan kematian saat tidur,"ungkapnya.
Jika terus-terusan tidak ditangani, mendengkur bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang.
"Mendengkur merupakan salah satu tanda penyempitan jalan napas, sehingga menyebabkan oksigen yang masuk ke otak sedikit saat sedang tertidur," katanya.
Jika mendengkur dibiarkan bertahun-tahun dan tidak ditangani, maka kekurangan oksigen yang masuk di otak akan semakin banyak dan terakumulasi bertahun-tahun. Hal tersebut pun menyebabkan gangguan fungsi otak.
"Bahkan, bisa juga sampai mengganggu fungsi jantung, jika terakumulasi akan bisa menyebabkan henti jantung," ungkapnya.
Mendengkur Bisa Disembuhkan
Abdillah menuturkan, untuk bisa menghilangkan mendengkur dari seseorang, harus dilakukan berbagai macam pemeriksaan untuk mengetahui penyebab dari suara dengkuran berasal. Jika dipastikan dengkuran berasal dari penyempitan jalan napas atas, maka bisa dilakukan berbagai intervensi, mulai dari yang operatif maupun non-operatif.
Bekerjasama dengan Ultrastructural Biophysics Research Institute (UBRI), sebuah lembaga riset medis dari Italia, salah satu teknologi utama yang ada di Pusat Terpadu Penanganan Sinus dan Dengkuran RS Mandaya Royal Puri ini adalah balloon sinuplasty, prosedur revolusioner yang bekerja dengan memasukkan balon kecil ke dalam hidung untuk membuka saluran sinus yang tersumbat tanpa memerlukan operasi besar.
Dibandingkan metode konvensional, teknik ini menawarkan risiko perdarahan lebih rendah, rasa sakit yang minimal, serta pemulihan yang lebih cepat.
"Prosedurnya singkat, hanya sekitar 15–20 menit, tanpa sayatan besar, dan pasien bahkan dapat langsung pulang setelah tindakan," katanya.
Selain itu, pusat ini juga menghadirkan Quantum Molecular Resonance (QMR), teknologi berbasis gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi untuk mengatasi Obstructive Sleep Apnea. QMR bekerja dengan cara mengecilkan jaringan berlebih yang menyumbat saluran napas secara presisi tanpa merusak jaringan sehat. Prosesnya cepat, minim rasa sakit, dan hasilnya nyata, sehingga pasien dapat kembali bernapas lega dan tidur dengan lebih nyaman.
Untuk pasien dengan masalah radang amandel, tersedia teknologi plasma coblation, yang memanfaatkan energi plasma bersuhu rendah untuk mengurangi jaringan bermasalah tanpa merusak jaringan sehat.
"Dengan metode ini, dokter dapat melakukan tonsilotomi, yaitu mengangkat hanya bagian amandel yang bermasalah sehingga fungsi alami amandel sebagai sistem imun tetap terjaga," tuturnya.
Keunggulannya meliputi perdarahan yang minimal, rasa sakit lebih ringan, masa pemulihan yang jauh lebih cepat dibandingkan operasi konvensional, dan bahkan pasien bisa langsung makan 3 jam pasca tindakan. Selain itu, Dokter Abdillah juga menjalani pelatihan langsung di Centro Businco yang merupakan pusat spesialis THT terkemuka di Italia, di bawah bimbingan, Prof. Lino Di Rienzo Businco.