Liputan6.com, Jakarta - Bir pletok adalah minuman tradisional khas Betawi berbahan dasar rempah. Tak hanya menghangatkan tubuh, minuman ini juga disebut bisa membantu menjaga kadar kolesterol tetap seimbang.
Bir pletok sempat dipandang sebelah mata karena namanya mengandung kata "bir". Padahal, berbeda dengan bir pada umumnya, minuman ini sama sekali tidak mengandung alkohol. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun menegaskan bir pletok halal dan termasuk dalam kategori minuman tradisional non-khamr alias tidak memabukkan.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr (Cand.) dr Inggrid Tania, MSi, menyebutkan bir pletok memiliki banyak manfaat kesehatan berkat campuran rempah di dalamnya.
"Bir pletok dapat membantu melancarkan pencernaan, menyeimbangkan gula darah, menyeimbangkan kolesterol darah, menyeimbangkan asam urat, menyeimbangkan tekanan darah, dan meningkatkan vitalitas tubuh. Ini karena ada bahan di dalam bir pletok yang memiliki sifat antioksidan," ujar Inggrid seperti dikutip dari Antara pada Kamis, 24 September 2025.
Bahan-Bahan yang Terkandung di Bir Pletok
Jahe, kayu manis, kapulaga, kayu secang, hingga cengkeh merupakan bahan utama bir pletok. Rempah-rempah tersebut dikenal mengandung senyawa aktif yang bisa membantu mengurangi peradangan, memperlancar aliran darah, hingga mengontrol kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh.
Meski menyehatkan, Inggrid mengingatkan masyarakat dengan kondisi medis tertentu tetap perlu berhati-hati. Salah satunya penderita diabetes yang harus memperhatikan penggunaan gula pada minuman.
"Gula batu dalam bir pletok sebaiknya diganti pemanis nol kalori yang merupakan bahan alami, sehingga aman bagi penyandang diabetes. Alternatif lain, apabila pasien diabetes masih bisa mengonsumsi madu, maka bir pletok bisa dicampur dengan madu murni, alih-alih gula batu," kata Inggrid.
Kisah Perajin Bir Pletok
Salah satu perajin bir pletok yang kini gencar mempopulerkan minuman ini adalah Titin Nurhajati, warga Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara.
Dia memperkenalkan bir pletok buatannya di pameran Jakarta International Investment, Trade, Tourism, Small and Medium Enterprise Expo (JITEX) 2025.
Dengan strategi sederhana, Titin menawari pengunjung bir pletok hangat dalam gelas kecil secara gratis. Banyak yang penasaran, terutama kalangan muda, hingga akhirnya membeli produknya.
"Awalnya banyak yang tanya halal atau tidak karena ada kata ‘bir’. Tapi setelah saya jelaskan, mereka mau coba, bahkan ada yang jadi langganan," kata Titin.
Usaha bir pletok Titin sudah berjalan beberapa tahun dan masih berskala rumahan. Dia dibantu enam karyawan, sebagian besar tetangga dan keluarganya. Dalam sehari, ia bisa menjual 25-50 botol, dengan pesanan sudah menjangkau luar Jawa, seperti Bali dan Kalimantan.
Potensi Ekspor tapi Terbentur Produksi
Melihat potensi pasar, Titin sempat ditawari untuk ekspor bir pletok. Namun, dia masih menghadapi kendala, terutama soal kapasitas produksi dan keterbatasan peralatan.
"Supaya bisa berkembang, saya ingin punya mesin penggiling. Harganya mahal, sekitar Rp500-700 juta. Selama ini pakai blender, tapi cepat rusak kalau dipakai berkali-kali," ujar Titin.
Selain itu, dia juga mengaku masih kesulitan soal kemasan berbahasa Inggris untuk memenuhi standar ekspor. Meski begitu, semangatnya memperkenalkan bir pletok tak pernah surut.