Liputan6.com, Sekadau Kasus cacingan muncul di Sukabumi, Jawa Barat dan Seluma, Bengkulu. Viralnya kasus-kasus ini seolah menjadi alarm untuk wilayah lain agar waspada terhadap infeksi cacing.
Guna mencegah terjadinya cacingan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sekadau, Kalimantan Barat (Kalbar) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat melakukan beberapa upaya.
Menurut Kepala Dinkes, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sekadau, Henry Alpius, hingga kini belum ditemukan kasus cacingan di wilayahnya.
“Ya untuk kasus (cacingan) sekarang, ini kembali lagi dengan lingkungan ya kita sampai saat ini masih belum ketemu,” kata Henry kepada Health Liputan6.com saat ditemui di Kantor Bupati Sekadau, Kalbar, Rabu (24/9/20250.
Meski begitu, berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, termasuk meningkatkan pengetahuan para petugas posyandu.
“Strategi yang kami buat sekarang kita lebih banyak tingkatkan lagi pengetahuan kepada posyandu terkait dengan PHBS (perilaku hidup bersih sehat). Yang kedua kami punya program pemberian obat-obat cacing kepada anak-anak balita, ini kami juga sudah galakkan,” paparnya dalam kunjungan bersama Wahana Visi Indonesia.
“Jadi, setiap enam bulan, anak balita kami pantau dan memang kuncinya di Sekadau ini kami fokus kepada jangan sampai balita dan ibu-ibu itu tidak dilayani, jadi sebenarnya kuncinya di situ.”
Pelayanan rutin bagi ibu dan balita membuat kondisi mereka terpantau dengan baik.
“Nah puji Tuhan untuk Kabupaten Sekadau kita sudah tingkatkan khususnya capaian cakupan untuk (pelayanan kesehatan) ibu hamil dan balita. Dan kami minta setiap anak itu wajib diketahui sehingga bisa dilihat perkembangannya,” jelasnya.
“Kami juga melakukan kunjungan sekolah, kami wajib melakukan pemeriksaan kepada anak sekolah, dan sekarang kami akan tingkatkan, nanti setiap posyandu kami distribusikan obat cacing untuk pencegahan,” ucapnya.
Sungguh ironi, seorang bocah berusia 3 tahun di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia dengan kondisi tubuh yang dipenuhi cacing. Penanganan kesehatan bocah yang terkendala birokrasi membuat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi buka suara.
Kasus Cacingan di Seluma
Sebelumnya, ramai dikabarkan bahwa bocah Seluma, Khaira Nur Sabrina yang baru menginjak usia 1,8 tahun, mengeluarkan cacing dari mulut. Tak hanya Khaira, kakaknya yang baru berumur 4 tahun, Aprilian, juga diduga mengalami penyakit yang sama.
Diagnosis medis menunjukkan, Khaira mengidap kondisi terkait bronkopneumonia, anemia, gizi buruk, serta infeksi cacing Ascaris. Pasien sudah diberikan terapi obat serta perawatan intensif sesuai arahan dokter spesialis.
Kejadian ini mendapat perhatian serius dari pemerintah. Melalui intervensi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, keluarga Khaira telah menerima bantuan nutrisi melalui program Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting).
Kunjungan lapangan pun dilakukan pada Rabu (17/9) untuk memastikan penanganan berjalan efektif serta kondisi anak semakin membaik. Tim lapangan mendapati bahwa pasien kini mendapat asupan makanan bergizi tambahan sebagai langkah awal pencegahan stunting jangka panjang.
Selain bantuan nutrisi, pemerintah juga merespons kondisi keluarga yang masuk kategori keluarga berisiko stunting. Rumah keluarga tersebut akan dibangun ulang menjadi rumah layak huni. Pembangunan mencakup perbaikan struktur rumah agar lebih sehat dan nyaman ditinggali.
Tidak hanya itu, pemerintah juga akan menyediakan jamban sehat sesuai standar kesehatan untuk mendukung pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Zamhari, SH, MH, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan wujud nyata kolaborasi lintas sektor dalam penanganan stunting.
“Kasus cacingan seperti ini harus segera diintervensi, karena berdampak langsung pada status gizi anak. Dengan nutrisi yang tepat, rumah yang sehat, serta fasilitas sanitasi memadai, diharapkan anak-anak Seluma dapat tumbuh optimal dan terhindar dari risiko stunting,” ujarnya.
Kasus Raya di Sukabumi
Cacingan yang menimpa Khaira dan kakaknya di Bengkulu mengingatkan kembali pada tragedi kematian balita asal Sukabumi, Raya.
Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 setelah mengidap kecacingan. Cacing tidak hanya hidup di usus, tapi juga berkembang biak hingga masuk ke organ vital, termasuk otaknya.
Sebuah video yang sempat viral bahkan memperlihatkan cacing berukuran besar ditarik keluar dari lubang hidungnya.
Terkait kasus Raya, Ahli Parasitologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. dr. Saleha Sungkar, MS, Sp.Par.K menjelaskan bahwa cacingan bisa menyerang semua usia. Namun, kasus paling sering ditemukan pada anak-anak usia TK dan SD.
Menurut Prof. Saleha, cacing gelang (Ascaris lumbricoides) hidup di rongga usus. Cacing betina bertelur, dan telur ini dikeluarkan bersama feses saat anak buang air besar (BAB).
"Kalau BAB di toilet, telur cacing akan masuk ke septik tank dan mati. Tapi, jika BAB di tanah, telur bisa menetas dan berkembang menjadi larva dalam waktu sekitar tiga minggu," kata Prof. Saleha kepada Health Liputan6.com melalui aplikasi pesan singkat, Rabu, 20 Agustus 2025.
Cara Anak Terserang Cacingan
Jika anak bermain di tanah dan telur menempel di tangan, lalu memegang makanan, telur bisa ikut tertelan, lanjut Saleha.
Sesampainya di usus halus, telur menetas menjadi larva, menembus dinding usus, masuk ke pembuluh darah atau saluran limfe, kemudian mengalir ke jantung, paru-paru, dan akhirnya kembali ke usus halus.
"Di sana, larva berkembang menjadi cacing dewasa dalam waktu dua sampai tiga bulan," ujarnya.
Beberapa kebiasaan dapat meningkatkan risiko cacingan, antara lain:
- BAB sembarangan, misalnya di kebun, got, atau halaman rumah.
- Tidak mencuci tangan setelah bermain tanah, sebelum makan, atau sesudah BAB.
- Makanan tidak ditutup rapat sehingga mudah dihinggapi lalat, yang bisa menularkan telur cacing dari feses ke makanan.
Penyakit cacingan dapat dicegah sebelum parah, yakni dengan:
- Minum obat cacing setiap 6 bulan (albendazol 1 tablet atau pirantel pamoat).
- Memberikan edukasi kepada anak untuk tidak BAB sembarangan.
- Mencuci tangan dengan benar setelah memegang tanah, sebelum makan, dan sesudah BAB.
- Menjaga kebersihan makanan dengan menutup rapat agar tidak dihinggapi lalat.
Dengan langkah-langkah pencegahan ini, risiko cacingan pada anak dapa...