Sejak 1980, pemerintah telah menggalakkan berbagai program pengendalian vektor nyamuk, mulai dari fogging, penggunaan larvasida, hingga gerakan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur, plus upaya lain). Beberapa daerah juga mengimplementasikan program Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).
Selain itu, inovasi berbasis sains juga mulai diterapkan, salah satunya teknologi Wolbachia. DKI Jakarta bahkan telah memulai penerapan Wolbachia di wilayah Jakarta Barat sebagai proyek percontohan.
Namun, pengendalian vektor saja tidak cukup. Diperlukan pendekatan lain yang bisa memberikan perlindungan tambahan kepada masyarakat, salah satunya vaksinasi dengue.
Pemerintah bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) resmi meluncurkan Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di Jakarta Selatan dengan sasaran utama anak-anak sekolah dasar. Vaksin akan diberikan dalam dua dosis dengan jarak tiga bulan. Program ini juga akan berlangsung di Palembang dan Banjarmasin.
"Melalui pemantauan aktif vaksinasi dengue pada anak sekolah dasar, FKUI bersama Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dengan dukungan Takeda berupaya menghadirkan mekanisme pemantauan efektivitas vaksin yang lebih sistematis," ujar Prof. Sri.
Senada dengan itu, Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, menegaskan bahwa upaya ini merupakan bagian dari tanggung jawab institusi pendidikan kedokteran.
"Kolaborasi ini bukan hanya menjadi wujud nyata peran akademisi dalam memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat, tetapi juga mencerminkan semangat kami untuk menghadirkan solusi kesehatan yang relevan dan berkelanjutan," kata Prof. Ari.