Liputan6.com, Jakarta Christian Pulisic gagal mengeksekusi penalti saat AC Milan ditahan Juventus 0-0 di Turin, Senin (6/10/2025) dini hari WIB. Kesalahan ini menambah catatan buruk Milan dalam mengeksekusi penalti di Serie A.
Sejak awal 2024, Milan gagal mencetak lebih dari 50 persen penalti yang mereka dapatkan. Pulisic sendiri sebelumnya memiliki catatan sempurna sebelum datang ke San Siro.
Bintang AS itu telah gagal dua kali di Milan, termasuk penalti dalam kekalahan 2-1 dari Torino pada Februari 2025. Kesalahan ini menegaskan masalah Milan di titik putih semakin mendalam.
Penalti yang gagal tidak hanya mempengaruhi hasil, tetapi juga menimbulkan tekanan pada pemain lain yang diandalkan untuk mengeksekusi. Ini menjadi isu yang tak kunjung selesai bagi Rossoneri.
Masalah Penalti yang Sistemik
Pulisic hanyalah pemain terbaru yang gagal, menandakan masalah penalti AC Milan bersifat endemik. Sejak awal 2024, tujuh dari 13 penalti Serie A mereka gagal dikonversi.
Lima penalti terakhir yang gagal diambil oleh empat pemain berbeda, menunjukkan tidak ada satu pun pemain yang konsisten. Kekalahan 2-1 dari Fiorentina menjadi contoh terburuk, ketika Theo Hernandez dan Tammy Abraham gagal mengeksekusi.
Selain Pulisic, Santiago Gimenez juga gagal mencetak penalti yang dihalau kiper Napoli, Alex Meret, pada Maret 2025. Semua kesalahan ini berdampak langsung pada hasil pertandingan, dengan Milan hanya meraih satu poin dari lima penalti terakhir.
Alternatif yang Terbatas
Melihat skuad saat ini, alternatif untuk penalti Pulisic tidak banyak. Luka Modric, misalnya, gagal enam kali dari 30 kesempatan sepanjang kariernya.
Sementara itu, Santiago Gimenez gagal lima kali dari 20 penalti, dan Adrien Rabiot bahkan belum pernah sukses mencetak penalti. Hal ini menegaskan bahwa krisis penalti Milan bukan hanya soal satu pemain.
Masalah ini jelas menunjukkan perlunya Milan menemukan solusi jangka panjang. Tanpa eksekutor penalti yang andal, Rossoneri akan terus menghadapi risiko kehilangan poin penting.