Liputan6.com, Jakarta - Tian kini harus menjalani hari-harinya di balik jeruji penjara, menghadapi kerasnya hidup di sana—mulai dari ancaman sesama napi, kekerasan fisik, hingga rencana licik Ira yang bersekongkol dengan petugas dapur untuk meracuninya. Tubuhnya melemah, tapi semangatnya tak padam. Satu-satunya hal yang membuatnya bertahan adalah cinta dan janji setia yang telah ia ikrarkan pada Hana.
Pertemuan mereka di rumah sakit penjara menjadi momen yang penuh haru. Meski dipisahkan jeruji dan luka, keduanya saling menguatkan. Hana berjanji, apapun risikonya, ia akan membuktikan bahwa Tian tidak bersalah.
Namun di balik semua itu, Yuda memanfaatkan situasi genting ini untuk menekan Tian. Ia menawarkan kebebasan sebagai imbalan, dengan satu syarat: Tian harus menceraikan Hana. Tapi Tian menolak mentah-mentah. Baginya, cinta kepada Hana bukan sesuatu yang bisa ditukar, bahkan dengan kebebasan sekalipun.
Di luar penjara, hasil visum atas Tika menunjukkan adanya kekerasan fisik, tapi tak ada tanda kekerasan seksual. Bagi Hana, ini jelas petunjuk bahwa Tian dijebak. Sayangnya, tanpa ponsel milik Tika yang mengandung bukti penting, posisi Tian di pengadilan tetap lemah.
Semua pihak kini bersiap menghadapi sidang penentuan. Di balik layar, Misa dan Vano makin percaya diri melihat rencana mereka berjalan sesuai harapan.
Episode ditutup dengan adegan emosional: di depan gedung pengadilan, Hana memeluk Tian erat. Air mata dan keteguhan bercampur menjadi satu. “Kamu pasti bebas,” bisik Hana dengan penuh keyakinan. Tian mengangguk pelan, menatap masa depan yang belum pasti, tapi hatinya tetap tegar.