Pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa soal tak akan memblokir anggaran, jadi informasi yang banyak dibaca di kumparanBisnis sepanjang Selasa (7/10).
Selain itu ada juga berita mengenai cadangan devisa Indonesia yang mengalami penurunan. Berikut rangkumannya.
Purbaya Tegaskan Tak Akan Pangkas Anggaran K/L
Purbaya mengatakan tidak akan mengambil kebijakan efisiensi atau pemblokiran anggaran seperti yang dilakukan pendahulunya, Sri Mulyani Indrawati. Menurut dia, efisiensi yang identik dengan pemangkasan pagu kementerian/lembaga (K/L) merupakan kesalahpahaman.
“Coba define menurut anda efisiensi itu apa? (Mengurangi anggaran K/L) bukan efisiensi. Itu motong anggaran,” tegas Purbaya di kantornya, Selasa (7/10).
Menurut Purbaya, efisiensi bukan berarti menahan atau memangkas anggaran, melainkan memastikan dana digunakan tepat sasaran, tepat waktu, dan bebas korupsi. Dia menjelaskan, saat ini pemerintah tengah berfokus pada manajemen kas (cash management) yang lebih efisien tanpa mengubah struktur anggaran.
“Saya pindahin uang mengubah anggaran enggak? Enggak. Uangnya masih punya pemerintah tapi tempatnya beda,” katanya.
Purbaya menilai dana menganggur justru membebani APBN karena tetap menimbulkan beban bunga. Dalam kesempatan yang sama, dia juga memastikan tidak ada kebijakan pemblokiran atau pembintangan anggaran tahun depan. “Enggak. Nanti kalau nggak mampu, coret aja sekalian. Enggak usah bintang-bintangan,” tegasnya.
Kebijakan Purbaya ini berbanding terbalik dengan pendekatan Sri Mulyani yang sempat memangkas belanja barang dan modal melalui PMK Nomor 57 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja APBN. Dalam aturan itu, Menkeu dapat menetapkan efisiensi berdasarkan persentase tertentu dari jenis belanja, seperti belanja barang, modal, maupun jenis lain sesuai arahan Presiden.
Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi USD 148,7 Miliar
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2025 mengalami penurunan menjadi USD 148,7 miliar dari posisi pada akhir Agustus 2025 sebesar USD 150,7 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, mengatakan penyebab penurunan cadangan devisa tersebut adalah pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah BI dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.
“Posisi cadangan devisa akhir September 2025 tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” kata Denny dalam keterangan tertulis, Selasa (7/10).
Meski turun, Bank Indonesia menilai cadangan devisa tetap kuat karena masih di atas standar kecukupan internasional, yaitu setara tiga bulan impor. Denny menegaskan, posisi ini cukup untuk menjaga ketahanan sektor eksternal, stabilitas makroekonomi, dan sistem keuangan. Surplus transaksi modal dan persepsi positif investor juga memperkuat prospek ekonomi.
“BI terus meningkatkan sinergi dengan pemerintah untuk memperkuat ketahanan eksternal dan menjaga stabilitas ekonomi,” ujar Denny.